Saturday 21 May 2016

Ada apa dengan Polsek Sale ?

Ada apa dengan Polsek Sale ?

Polisi adalah suatu pranata umum sipil yang mengatur tata tertib (orde) dan hukum. Kadangkala pranata ini bersifat militaristis, seperti di Indonesia sebelum Polri dilepas dari ABRI. Polisi dalam lingkungan pengadilan bertugas sebagai penyidik. Dalam tugasnya dia mencari barang bukti, keterangan-keterangan dari berbagai sumber, baik keterangan saksi-saksi maupun keterangan saksi ahli.

Kepolisian Sektor (disingkat Polsek) adalah struktur komando Kepolisian Republik Indonesia di tingkat kecamatan. Kepolisian sektor di perkotaan biasanya disebut sebagai "Kepolisian Sektor Kota" (Polsekta). Kepolisian Sektor dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor (Kapolsek) dan Kepolisian Sektor Kota dikepalai oleh seorang Kepala Kepolisian Sektor Kota (Kapolsekta).

Polsek maupun Polsekta dipimpin oleh seorang Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP) (khusus untuk Polda Metro Jaya) atau Komisaris Polisi (Kompol) (untuk tipe urban), sedangkan di Polda lainnya, Polsek atau Polsekta dipimpin oleh perwira berpangkat Ajun Komisaris Polisi (AKP) (tipe rural). Di sejumlah daerah di Papua sebuah Polsek dapat dipimpin oleh Inspektur Polisi Dua (Ipda).

Tugas Poko Polsek

Menyelenggarakan keamanan dan ketertiban masyarakat, penegak hukum, pemberi perlindungan, pengayom serta serta pelayanan masyarakat serta tugas - tugas polri lainnya dalam daerah hukum sesuai dengan peraturan perundang-undangan. 

kemudian ada apa dengan Polsek Sale ?

sebagia penulis, saya yang awalnya sedikit respek dengan Kepolisian Sektor Sale ( Polsek Sale ). Saya merasa kecewa dengan pelayanan dan tugas polsek sale atas penanganan kasus teman dan saudara saya. Kasus yang di tangani berupa " Pengeroyokan di acara sedekah bumi Desa Mrayun yang tersangka pengeroyokan dilakukan oleh Sekolompok warga Desa Wonokerto ( Terongan ) yang mengeroyok seorang warga Desa Mrayun bernama " Arpin". Menurut pandangan penulis petugas kepolisian seakan menutup mata dan memborgol tanganya sendiri atas tindakan kasus seperti ini. yang dimana seolah-olah Polsek Sale takut dengan Sekelompok warga desa Wonokerto ini. 

Menurut cerita beberapa sumber kasus tersangkan apa bila tersangkanya orang diluar desa wonokerto dan korbannnya warga Desa Wonokerto sendiri, polsek sale ini bertindak secepat kereta api berjalan dalam menangani kasus seperti ini dan apa bila sebaliknya saya sebagai penulis tidak mau berkomentar lagi.

sekian dan mohon maaf apabila tulisan saya ini menyinggung perasaan, namun tujuan penulis hanya untuk membangun sebuah elemen masyarakat yang baik dan benar serta damai dan aman. 

Friday 13 May 2016

Goes karo Sedulur Mrayun 8 Mei 2016 Part 2

Goes karo Sedulur Mrayun 8 Mei 2016 Part 2


Nah di album kali ini admin akan mengeluarkan kartini-kartini goes. Goes kali ini di ikuti dari berbagai kalangan dan tidak luput juga dari kaum kartini. berikut galeri memori karini goes karo sedulur mrayun.



















Tuesday 10 May 2016

Kemeriahan Goes karo Sedulur Mrayun 8 Mei 2016

Kemeriahan Goes karo Sedulur Mrayun 8 Mei 2016 part 1

Minggu sehat bareng dulur mrayun. Sederek rencang-rencang matur suwun atas kehadirannya. Goes karo sedulur mrayun enjoy. Dengan rute yang menarik dan tidak berak yang dapat menyehatkan badan. Berharap acara seperti ini di desa Mrayun dapat di jalankan kembali. kemudian harapan penulis di seiap hari minggu dapat menyelenggarakan car free day di desa mrayun. amiiinnn !!!!!
acara kumpul sebelum berangkat start









Goes sehat dan goes bersahaja.


Friday 6 May 2016

Sedekah Bumi

Sedekah Bumi

Gambar sedekah bumi desa mrayun

Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberikan rizkinya melalui bumi, hal ini biasanya sering dilakukan oleh masyarakat petani dan masyarakat di sekitar pegunungan. Sedekah bumi ini biasanya dirayakan dalam bentuk pesta. Sedekah Bumi memiliki latar belakang budaya yang berkarakter agraris. Menurut budaya zaman dahulu tokoh Dewi Sri hadir di tengah masyarakat petani sebagai sumber inspirasi dan dipercaya sebagai pelindung bagai kesuburan tanah dan padi. Upacara yang menekankan arti penting kehadiran sosok Dewi Sri dilakukan ketika memulai musim panen dan menjelang penanaman bibit padi.

Bagi kalangan petani di desa ritual tersebut seolah menjadi kewajiban untuk dilaksanakan, dengan harapan agar tanaman yang hendak ditanam, terutama padi dapat menghasilkan padi yang berlimpah dan subur. Hal ini tidak terlepas dari kepercayaan dari nenek moyang.

Gambar sedekah bumi desa mrayun


Sedekah bumi atau kabumi pada mulanya merupakan salah kegiatan upacara tradisional yang banyak dilakukan oleh masyarakat agraris di desa-desa. Sebagai perwujudan rasa syukur mereka kepada sang Pencipta atas hasil pertanian melimpah. Upacara tradisional ini dilaksanakan setiap satu tahun sekali, pada bulan apit  (Dzul Qa’dah) bertepatan pada hari ahad kliwon.

Disisi lain sedekah bumi juga dapat dijadikan tolak ukur sejauh mana para masyarakat mengamalkan ajaran-ajaran agamanya (Agama Islam). Hal ini dapat dilihat dari pembacaan kalimat thayyibah yang banyak dipetik dari ayat-ayat suci Al-Qur’an.

Monday 2 May 2016

Sejarah Asal - Usul Desa Mrayun, Sale, Rembang

Sejarah Asal - Usul Desa Mrayun, Sale, Rembang

Pada zaman penjajahan, ada seorang berpangkat demang (wedono atau camat )dari kerjaan mataram yang sedang dikejar-kejar oleh orang-orang Belanda dan melarikan diri di sebuah hutan jati yang sangat lebat dan akhirnya dia tinggal di hutan itu . Beberasepa hari kemudian, ia berpikir untuk merangas pohon jati tersebut agar terlihat bersih, rapi dan nyaman. Dan jadilah sebuah desa yang bernama “moro ayem”. Karena orang mengucapkannya susah sehingga diubah lagi menjadi desa “mrayun” yang dipimpin oleh demang .Di desa itulah demang bersama istri dan keluargaya tinggal dengan aman,damai dan sejahtera.beberapa tahun kemudian ada pendatang dari luar yang senasib dengannya,kemudian pendatang itu juga merasa aman dan nyaman.

Setelah bertahun-tahun demeng tinggal di desa mrayun bersama dengan masyarakat,mereke merasa aman,damai dan tenang di desa mrayun.dengan berjalanya waku desa tersebut penghuninya mulai bertambah banyak dan menetap di desa mrayun.kemudian deman berangan-angan untuk mendirikan mushola dan sendang (sumur)yang besar untuk masyarakat desa mrayun,dan akhirnya angan-angan demang terwujudkan,dalam pembangunan mushola dan sendang (sumur), sendang atau sumur tersebut diberinama ndangde (sendang gedhe). Demang merasa bahagia melihat masyarakatnya hidup rukun dan damai.

Setelah keinginan demang terwujudkan,kemudian demang jatuh sakit.dan tidak lama kemudian demang meninggal dan masyarakatnya merasakan duka yang mendalam.demang di makamkan di desa merayun dekat dengan ndangdhe (sendang gedhe) di dekat makam isterinya. Dimakamnya tersebut dibangunkan sebuah rumah tempat makamnya. Sampai sekarang masyarakatnya membudayakan dalam setahun sekali diadakan khol dan sedekah bum di desa merayun tempatnya di ndangdhe(sendang gedhe) untuk mengenang jasa dan perjuangannya demang yang sudah memberikan nama dan mensejahterakan masyarakat desa merayun. Sepeninggalan demang dijuluki “ki gedhe desa merayun” oleh masyarakatnya Sampai sekarang.

Sale, Rembang

Sale, adalah sebuah kecamatan yang berada di wilayah Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Terletak di perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Timur yang sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Jatirogo Kabupaten Tuban Jawa Timur, sebelah selatan berbatasan dengan Kabupaten Blora Jawa Tengah. Sale merupakan kawasan hutan jati yang luas dan bisa diandalkan. selain itu banyak potensi desa sale yang saat ini terus berkembang menuju sebuah desa mandiri. salah satunya yang sedang berkembang komunitas pemelihara burung lomba. Saking terkenalnya desa ini bahkan menjadi jujukan para penghobi burung yang menginginkan burung peliharaan yang berkwalitas. Mulai penghobi burung dari Jakarta, Bogor, Bojonegoro, Tuban dan Semarang. Komunitas penghoby burung berkicau ini semakin berkembang setelah tiap bulan sekali digelar lomba burung berkicau.



Di desa ini pula muncul tradisi unik dalam minum kopi bersama di sebuah warung pasalnya di tempat tersebut akan muncul ide bersama untuk mewujudkan karya atau bergotong royong. selain itu di warung kopi juga muncul tradisi melukis dengan ampas kopi atau lethek di atas sebatang rokok. Rata-rata karya lukisan para peminum kopi ini bertema batik dengan corak pepohonan serta burung.

Kecamatan Sale memiliki tempat wisata andalan hutan wisata sumber Semen. Semen memiliki sumber air yang menjadi beberapa sungai, keseluruhannya mengalir ke Jawa Timur. Sebagian air dari sumber Semen, melalui pipa, dikirim ke kota Rembang, sebagai pemasok air minum. Sayangnya pemerintah Rembang tak memiliki itikad baik setelah desa Sale menyumbang air bersih bagi kota rembang. Semestinya Pemerintah Kabupaten memberikan prioritas dalam soal pembangunan fasilitas umum lainya sebagai kompensasi pengambilan air bersih. Padahal persoalan tersebut sudah sering disampaikan ke Pemerintah Daerah agar memberikan kompensasi terhadap pengambilan dan pemanfaat air bersih dari desa Sale. Dan anehnya pipa untuk saluran air bersih tersebut tidak mengalir ke desa-desa kecamatan Sale, pipa air bersih tersebut hanya di peruntukkan daerah rembang.

Pengaturan air untuk kepentingan pertanian sejak zaman Belanda teratur rapi, sehingga sampai sekarang sawah antara desa Tahunan sampai desa Sale dapat ditanami padi 3 kali setahun. Mata pencaharian utama dari masyarakatnya adalah bertani. Di Kecamatan Sale terdapat hutan jati, di bawah pengelolaan Kesatuan Pemangkuan Hutan (KPH) Kebonharjo. Di Desa Tahunan terdapat penambangan batu oleh PT SAF (Sinar Asia Furtuna), yang mampu menyerap banyak tenaga kerja. Namun sayangnya penambangan batu tersebut kadang mengabaikan lingkungan hidup, bahkan sejak tahun 2007 lalu satu bukit sudah ludes ditambang.

Sumber : wikipedia.com

Sejarah Singkat Perjuangan RA. Kartini Semasa Hidupnya

Sejarah Singkat Perjuangan RA. Kartini Semasa Hidupnya

RA. Kartini lahir pada tanggal 21 April 1879 di Jepara, Jawa Tengah. RA. Kartini dikenal sebagai wanita yang mempelopori kesetaraan derajat antara wanita dan pria di Indonesia. Hal ini dimulai ketika Kartini merasakan banyaknya diskriminasi yang terjadi antara pria dan wanita pada masa itu, dimana beberapa perempuan sama sekali tidak diperbolehkan mengenyam pendidikan. Kartini sendiri mengalami kejadian ini ketika ia tidak diperbolehkan melanjutkan studinya ke jenjang yang lebih tinggi. Kartini sering berkorespondensi dengan teman-temannya di luar negeri, dan akhirnya surat-surat tersebut dikumpulkan oleh Abendanon dan diterbitkan sebagai buku dengan judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”.



Biografi Singkat Kartini
Semasa hidupnya dimulai dengan lahirnya Kartini di keluarga priyayi. Kartini yang memiliki nama panjang Raden Adjeng Kartini ini ialah anak perempuan dari seorang patih yang kemudian diangkat menjadi bupati Jepara, Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat. Ibu dari Kartini memiliki nama M.A. Ngasirah, istri pertama dari Sosroningrat yang bekerja sebagai guru agama di salah satu sekolah di Telukawur, Jepara. Silsilah keluarga Kartini dari ayahnya, bisa dilacak terus hingga Sultan Hamengkubuwono IV, dan garis keturunan Sosroningrat sendiri bisa terus ditelusuri hingga pada masa Kerajaan Majapahit.

Ayah Kartini sendiri awalnya hanyalah seorang wedana (sekarang pembantu Bupati) di Mayong. Pada masa itu, pihak kolonial Belanda mewajibkan siapapun yang menjadi bupati harus memiliki bangsawan sebagai istrinya, dan karena M.A. Ngasirah bukanlah seorang bangsawan, ayahnya kemudian menikah lagi dengan Radeng Adjeng Moerjam, wanita yang merupakan keturunan langsung dari Raja Madura. Pernikahan tersebut juga langsung mengangkat kedudukan ayah Kartini menjadi bupati, menggantikan ayah dari R.A. Moerjam, yaitu Tjitrowikromo.

Sejarah perjuangan RA. Kartini semasa hidupnya berawal ketika ia yang berumur 12 tahun dilarang melanjutkan studinya setelah sebelumnya bersekolah di Europese Lagere School (ELS) dimana ia juga belajar bahasa Belanda. Larangan untuk Kartini mengejar cita-cita bersekolahnya muncul dari orang yang paling dekat dengannya, yaitu ayahnya sendiri. Ayahnya bersikeras Kartini harus tinggal di rumah karena usianya sudah mencapai 12 tahun, berarti ia sudah bisa dipingit. Selama masa ia tinggal di rumah, Kartini kecil mulai menulis surat-surat kepada teman korespondensinya yang kebanyakan berasal dari Belanda, dimana ia kemudian mengenal Rosa Abendanon yang sering mendukung apapun yang direncanakan Kartini. Dari Abendanon jugalah Kartini kecil mulai sering membaca buku-buku dan koran Eropa yang menyulut api baru di dalam hati Kartini, yaitu tentang bagaimana wanita-wanita Eropa mampu berpikir sangat maju. Api tersebut menjadi semakin besar karena ia melihat perempuan-perempuan Indonesia ada pada strata sosial yang amat rendah.



Kartini juga mulai banyak membaca De Locomotief, surat kabar dari Semarang yang ada di bawah asuhan Pieter Brooshoof. Kartini juga mendapatkan leestrommel, sebuah paketan majalah yang dikirimkan oleh toko buku kepada langganan mereka yang di dalamnya terdapat majalah-majalah tentang kebudayaan dan ilmu pengetahuan. Kartini kecil sering juga mengirimkan beberapa tulisan yang kemudian ia kirimkan kepada salah satu majalah wanita Belanda yang ia baca, yaitu De Hollandsche Lelie. Melalui surat-surat yang ia kirimkan, terlihat jelas bahwa Kartini selalu membaca segala hal dengan penuh perhatian sambil terkadang membuat catatan kecil, dan tak jarang juga dalam suratnya Kartini menyebut judul sebuah karangan atau hanya mengutip kalimat-kalimat yang pernah ia baca. Sebelum Kartini menginjak umur 20 tahun, ia sudah membaca buku-buku seperti De Stille Kraacht milik Louis Coperus, Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta yang ditulis Multatuli, hasil buah pemikiran Van Eeden, roman-feminis yang dikarang oleh Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek, dan Die Waffen Nieder yang merupakan roman anti-perang tulisan Berta Von Suttner. Semua buku-buku yang ia baca berbahasa Belanda.

Pada tanggal 12 November 1903, Kartini dipaksa menikah dengan bupati Rembang oleh orangtuanya. Bupati yang bernama K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat ini sebelumnya sudah memiliki istri, namun ternyata suaminya sangat mengerti cita-cita Kartini dan memperbolehkan Kartini membangun sebuah sekolah wanita. Selama pernikahannya, Kartini hanya memiliki satu anak yang diberi nama Soesalit Djojoadhiningrat. Kartini kemudian menghembuskan nafas terakhirnya 4 hari setelah melahirkan anak satu-satunya di usia 25 tahun.
Pemikiran dan Surat-Surat Kartini

Wafatnya Kartini tidak serta-merta mengakhiri perjuangan RA. Kartini semasa hidupnya karena salah satu temannya di Belanda, Mr. J.H. Abendanon mengumpulkan surat-surat yang dulu pernah dikirimkan oleh Kartini kepada teman-temannya di Eropa. Abendanon kemudian membukukan seluruh surat itu dan diberi nama Door Duisternis tot Licht yang jika diartikan secara harfiah berarti “Dari Kegelapan Menuju Cahaya”. Buku ini diterbitkan pada tahun 1911, dan cetakan terakhir ditambahkan sebuah surat “baru” dari Kartini.

Pemikiran-pemikiran Kartini dalam surat-suratnya tidak pernah bisa dibaca oleh beberapa orang pribumi yang tidak dapat berbahasa Belanda. Baru pada tahun 1922, Balai Pustaka menerbitkan versi translasi buku dari Abendanon yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang: Buah Pikiran” dengan bahasa Melayu. Pada tahun 1938, salah satu sastrawan bernama Armijn Pane yang masuk dalam golongan Pujangga Baru menerbitkan versi translasinya sendiri dengan judul Habis Gelap Terbitlah Terang. Versi milik Pane membagi buku ini dalam lima bab untuk menunjukkan cara berpikir Kartini yang terus berubah. Beberapa translasi dalam bahasa lain juga mulai muncul, dan semua ini dilakukan agar tidak ada yang melupakan sejarah perjuangan RA. Kartini semasa hidupnya itu.

Ontel Karo Cah Mrayun 8 Mei 2016

Ontel Karo Cah Mrayun 8 Mei 2016

AYO PODHO MELU ACARA"GOES BARENG SEDULUR MRAYUN". Sepeda santai pada hari minggu tanggal 08 MEI 2016.Pukul 07.00. Ojo ngaku sehat yen durung ngontel,ayo kumpul,ayo tambah dulur. Pendaftaran di SALAMAN 17 Atau langsung ke aku.Cuma 2 ribu rupiah.ayo diajak koncone, diajak pacare,diajak pacare kancane, diajak selingkuhane.hehehe


Mengapa harus ikut ?

Sejarah mengatakan didalam dijiwa yang sehat terdapat raga yang kuat. Dengan adanya acara sepeda santai ini diharapkan masyarakat kembali ke kehidupanya yang sehat. kemudian bukan hanya membangun jiwa yang sehat dan raga yang kuat, acara ini diharapkan sebagai promotor awal untuk hidup sehat dan terbentuknya komunitas GOES sekitar desa Mrayun, kecamatan Sale dan sekitarnya lagi. kemudian harapan penulis sepeda santai ini tidak akan hanya diselenggarakan satu kali saja. 

sekian dan mari kita kembali beraktifitas hidup sehat. Salam Olahraga hahahahaa !!!!!